Rabu, 24 November 2010

[GIGI] Menggosok Gigi

Menggosok gigi merupakan kegiatan rutin yang selalu kita lakukan tiap hari, setidaknya 2 kali sehari kita menggosok gigi.

Mengapa kita harus menggosok gigi? Karena sisa makanan yang melekat dipermukaan gigi setiap kali kita makan, akan merupakan media yang baik untuk pertumbuhan bakteri. Dan akan terlihat seperti lapisan tipis putih kekuning-kuningan dan lengket. Dalam istilah kedokteran gigi dinamakan Plak (Plaque: is a sticky white film that colletcs on your teeth and contains harmful bacteria). Plak ini merupakan penyebab utama terjadinya gigi berlubang (decay) dan gusi berdarah (gum disease). Plak hanya bisa dihilangkan dengan cara menggosok gigi yang benar dan floss.

Kapan waktu yang terbaik untuk menggosok gigi....
Sebaiknya dilakukan dipagi hari setelah makan pagi dan malam hari sebelum kita tidur dan kalo mau ditambah rutinitas menggosok gigi, bisa dilakukan di siang hari setelah makan siang, karena pertumbuhan plak akan terjadi setiap 4 jam.... makanya kadang-kadang menyebabkan bau mulut.

Metode menggosok gigi yang direkomendasikan adalah "The CIRCULAR SCRUB", caranya 1. Letakkan sikat gigi sekitar 45 derajat pada permukaan gigi.
2. Sikat semua permukaan gigi dengan gerakan memutar secara perlahan-lahan.
3. Dan jangan lupa untuk menyikat gigi di daerah antara gigi dan gusi, karena didaerah tersebut merupakan tempat awal petumbuhan plak.

Regular check-up ke Dokter Gigi setiap 6 bulan sekali sangat dianjurkan untuk regular cleaning.

Kamus: 1. Plak/Plaque, 2. Decay, 3. Gum Disease, 4. Floss.

Bangun tidur ku terus mandi
Tidak lupa menggosok gigi
Habis mandi ku tolong ibu
Membersihkan tempat tidur ku


Lirik lagu di atas mungkin sangat familiar bagi kita di masa kanak-kanak. Di balik lirik syairnya yang sederhana dan mudah dihafal ternyata ada penjelasan ilmiah yang perlu kita perhatikan. Lirik kedua “tidak lupa menggosok gigi” mengingatkan kita bagaimana pentingnya menggosok gigi. Bahkan Ikatan Dokter Gigi Indonesia (IDGI) menyarankan untuk menggosok gigi sekurang-kurangnya dua kali sekali. Ada apakah gerangan? Berikut adalah penjelasan sederhana kenapa kita mesti menggosok gigi.

Air liur (secara ilmiah disebut dengan saliva) mengandung lebih dari seratus milyar (108) bakteri per milimeternya. Dalam air liur juga mengandung lapisan tipis glikoprotein yang menempel pada enamel gigi, dan menjadi medium pertumbuhan bagi milyaran bakteri tersebut.

Di antara milyaran bakteri tersebut, Streptococccus mutans merupakan bakteri yang menyebabkan pembusukan dan menyebabkan lubang pada gigi. Bakteri ini menghasilkan suatu enzim khusus yang dikenal dengan glukosil transferase yang berkerja secara spesifik dalam penguraian sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa (sukrosa merupakan jenis gula yang kita konsumsi sehari-hari). Enzim ini selanjutnya akan merombak glukosa yang telah diuraikan tadi menjadi suatu polisakarida yang disebut dengan dextran. Plak gigi (dental plaque), atau disebut juga dengan karang gigi, merupakan sejumlah besar dextran yang menempel pada enamel gigi dan menjadi media pertumbuhan bagi berbagai jenis bakteri tersebut.

Pembentukan plak gigi ini merupakan langkah awal dalam proses pembusukan gigi. Hasil penguraian sukrosa yang kedua adalah fruktosa. Bakteri Lactobacillus bravis mengubah fruktosa menjadi asam laktat melalui serangkaian reaksi glikolisis dan fermentasi. Terbentuknya asam laktat akan menyebabkan penurunan pH pada permukaan gigi. Suasana asam ini menyebabkan kalsium dari enamel gigi akan terurai atau rusak.

Secara alamiah kita memproduksi 1 liter air liur setiap hari yang berguna mengurangi keasaman mulut. Akan tetapi, plak gigi yang terbentuk tidak bisa diuraikan oleh air liur tersebut. Plak gigi ini menahan keberadaan bakteri. Akibatnya asam laktat akan tetap terbentuk dan tetap akan merusak enamel gigi.

Menggosok gigi secara teratur dapat membantu mengurangi pembentukan plak gigi. Mengurangi konsumsi makanan dan minuman yang mengandung sukrosa juga merupakan langkah pencegahan kerusakan gigi. Kontrol kesehatan gigi secara berkala merupakan salah satu langkah menjaga kesehatan gigi. Agar kita dapat membantu ibu bukan hanya sekedar membersihkan tempat tidur lho... ^_*

Jangan Salah Memilih Pasta Gigi!

Saat memilih pasta gigi, sebaiknya Anda kenali bahan-bahan yang terkandung di dalamnya.

• Bahan abrasif
Pasta gigi mengandung bahan abrasif untuk mengangkat sisa makanan, bakteri dan plak. Biasanya bahan itu adalah kalsium karbonat dan silikat.

• Bahan penambah rasa.
Biasanya pasta gigi menggunakan pemanis buatan atau sakarin untuk memberikan cita rasa yang beraneka ragam. Misalnya rasa mint, stroberi, kayu manis, bahkan rasa permen karet untuk pasta gigi anak.

• Humectant
Humectant adalah bahan penyerap air dari udara dan menjaga kelembaban. Misalnya gliserin, alpha hydroxy acids (AHA), dan asam laktat. Bahan ini digunakan untuk menjaga pasta gigi tetap basah

• Deterjen
Busa yang muncul saat kita menggosok gigi merupakan deterjen berupa sodium lauryl sulfat.

Pasta gigi dengan fluoride

Bahan yang perlu diperhatikan saat memilih pasta gigi adalah fluoride. Dalam 50 tahun terakhir, fluoride menjadi bahan paling efektif untuk melindungi email gigi dari kerusakan akibat asam dan mencegah gigi berlubang. Fluoride bisa mencegah pembusukan gigi dewasa dan memperkuat gigi yang masih tumbuh. Pada masa pertumbuhan gigi, fluoride dan kalsium membantu membentuk struktur gigi. Fluoride membuat email gigi lebih kuat. Beberapa tahun belakangan, penggunaan fluoride di pasta gigi sempat dipertanyakan. Adanya penelitian yang menyebutkan bahwa fluoride bisa berbahaya jika tertelan membuat pasta gigi berfluoride dilarang beredar di beberapa negara. Tapi penelitian lain menyebutkan, fluoride masih aman digunakan dalam kadar tertentu. Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) memberikan batasan penggunaan fluoride di pasta gigi sebesar 0,15%.

Pasta gigi untuk gigi sensitif

Anda yang memiliki gigi sensitif, sebaiknya memilih pasta gigi khusus. Ciri-ciri gigi senstif adalah tak tahan makanan atau minuman yang terlalu panas ataupun yang terlalu dingin. Gigi sensitif juga terkadang bisa membuat rasa ngilu saat memakan bahan makanan tertentu, misalnya gula, permen, cokelat dan sebagainya. Pasta gigi untuk gigi sensitif biasanya mengandung potasium nitrat atau strontium klorida. Bahan tersebut bisa mengurangi sensitivitas gigi dengan memberi perlindungan pada bagian yang terhubung dengan saraf gigi.

Pasta gigi pemutih

Setiap orang mengharapkan senyum indah dengan sederet gigi putig cemerlang. Itulah yang menyebabkan produk pasta gigi whitening semakin laris. Pasta gigi pemutih sebetulnya tidak mengandung bahan pemutih. Pasta gigi ini mengandung bahan abrasif yang bisa mengikis kotoran dan noda di gigi sehingga gigi terlihat lebih cerah. Banyak anggapan kandungan bahan abrasif pada pasta gigi pemutih bisa mengikis email gigi. Tapi studi ilmiah membuktikan bahwa bahan abrasif pada pasta gigi pemutih cukup aman dan tidak merusak pelapis gigi.

Waspadai bahan berbahaya

Beberapa tahun lalu, Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat mengeluarkan larangan pemakaian pasta gigi buatan Cina. Pasta gigi tersebut dianggap menggunakan bahan kimia berbahaya diethylene glycol. Bahan pelarut yang mencegah pasta gigi mengering itu bisa menyebabkan keracunan bila tertelan. Bila dipakai dalam jangka panjang, bisa memicu sakit ginjal. Agar lebih aman, sebaiknya Anda pilih pasta gigi yang terpercaya. Cek kemasannya untuk melihat bahwa pasta gigi tersebut sudah lolos uji kesehatan.

10 cara menggosok gigi

Cara menggosok gigi yang baik:

1. Sikat gigi dan gusi dengan posisi kepala sikat membentuk sudut 45 derajat di daerah perbatasan antara gigi dengan gusi.

2. Gerakan sikat dengan lembut dan memutar. Sikat bagian luar permukaan setiap gigi atas dan bawah dengan posisi bulu sikat 45derajat berlawanan dengan garis gusi agar sisa makanan yang mungkin masih menyelip dapat dibersihkan.

3. Gunakan gerakan yang sama untuk menyikat bagian dalam permukaan gigi.

4. Gosok semua bagian permukaan gigi yang digunakan untuk mengunyah. Gunakan hanya ujung bulu sikat gigi untuk membersihkan gigi dengan tekanan ringan sehingga bulu sikat tidak membengkok. Biarkan bulu sikat membersihkan celah-celah gigi. Rubah posisi sikat gigi sesering mungkin.

5. Untuk membersihkan gigi depan bagian dalam, gosok gigi dengan posisi tegak dan gerakkan perlahan ke atas dan bawah melewati garis gusi.

6. Sikat lidah untuk menyingkirkan bakteri dan agar napas lebih segar.

7. Pilihlah sikat gigi dengan bulu sikat yang lembut karena yang keras dapat membuat gusi terluka dan menimbulkan abrasi pada gigi, yaitu penipisan struktur gigi terutama di sekitar garis gusi. Abrasi dapat membuat bakteri dan asam menghabiskan gigi karena lapisan keras pelindung enamel gigi telah terkikis.

8. Ganti sikat gigi jika bulu sikat sudah rusak dan simpan di tempat yang kering sehingga dapat mongering setelah dipakai.

9. Jangan pernah meminjamkan sikat gigi Anda kepada orang lain karena sikat gigi mengandung bakteri yang dapat berpindah dari orang yang satu ke yang lain meski sikat sudah dibersihkan.

10. Gunakan sikat gigi elektrik untuk si kecil agar lebih mudah digunakan. Sikat gigi jenis ini sebenarnya dapat membersihkan lebih baik daripada sikat gigi manual, namun sebaiknya konsultasikan terlebih dulu soal penggunaannya dengan dokter gigi Anda.

Rabu, 17 November 2010

Laporan Pendahuluan (Askep) Gangguan Proses Pikir : WAHAM


I. Masalah Utama
Gangguan proses pikir : Waham

II. Proses Terjadinya Masalah
  1. Definisi
  • Waham adalah keyakinan tentang suatu pikiran yang kokoh, kuat, tidak sesuai dengan kenyataan, tidak cocok dengan intelegensia dan latar belakang budaya, selalu dikemukakan berulang-ulang dan berlebihan biarpun telah dibuktikan kemustahilannya atau kesalahannya atau tidak benar secara umum. (Tim Keperawatan PSIK FK UNSRI, 2005).
  • Waham adalah keyakinan keliru yang sangat kuat yang tidak dapat dikurangi dengan menggunakan logika (Ann Isaac, 2004)
  • Waham adalah keyakinan tentang suatu isi pikiran yang tidak sesuai dengan kenyataannya atau tidak cocok dengan intelegensia dan latar belakang kebudayaannya, biarpun dibuktikan kemustahilannya (Maramis,W.F,1995)
  • Waham adalah keyakinan yang salah dan menetap dan tidak dapat dibuktikan dalam kenyataan (Harold I, 1998).

Kesimpulan:
Waham adalah keyakinan yang salah dan menetap dan selalu dikemukakan berulang-ulang.

  1. Etiologi
Waham merupakan salah satu gangguan orientasi realitas. Gangguan orientasi realitas adalah ketidakmampuan klien menilai dan berespons pada realitas. Klien tidak dapat membedakan rangsangan internal dan eksternal, tidak dapat membedakan lamunan dan kenyataan. Klien tidak mampu memberi respons secara akurat, sehingga tampak perilaku yang sukar dimengerti dan mungkin menakutkan.
Gangguan orientasi realitas disebabkan oleh fungsi otak yang terganggu yaitu fungsi kognitif dan isi fikir; fungsi persepsi, fungsi emosi, fungsi motorik dan fungsi sosial. Gangguan pada fungsi kognitif dan persepsi mengakibatkan kemampuan menilai dan menilik terganggu. Gangguan fungsi emosi, motorik dan sosial mengakibatkan kemampuan berespons terganggu yang tampak dari perilaku non verbal (ekspresi muka, gerakan tubuh) dan perilaku verbal (penampilan hubungan sosial). Oleh karena gangguan orientasi realitas terkait dengan fungsi otak maka gangguan atau respons yang timbul disebut pula respons neurobiologik.

Proses terjadinya Waham
  1. Individu diancam oleh lingkungan, cemas dan merasa sesuatu yang tidak menyenangkan.
  2. Individu mengingkari ancaman dari persepsi diri atau objek realitas yang menyalahartikan kesan terhadap kejadian
  3. Individu memproyeksikan pikiran, perasaan dan keinginan negative atau tidak dapat diterima menjadi bagian eksternal
  4. Individu memberikan pembenarn atau interpretasi personal tentang realita pada diri sendiri atau orang lain.


  1. Faktor Penyebab Terjadinya Waham
1. Faktor Predisposisi
§ Faktor Biologis
a. Gangguan perkembangan otak, frontal dan temporal
b. Lesi pada korteks frontal, temporal dan limbik
c. Gangguan tumbuh kembang
d. Kembar monozigot, lebih beresiko dari kembar dua telur
§ Faktor Genetik
Gangguan orientasi realita yang ditemukan pada klien dengan skizoprenia
§ Faktor Psikologis
a. Ibu pengasuh yang cemas/over protektif, dingin, tidak sensitif
b. Hubungan dengan ayah tidak dekat/perhatian yang berlebihan
c. Konflik perkawinan
d. Komunikasi “double bind”
§ Sosial budaya
a. Kemiskinan
b. Ketidakharmonisan sosial
c. Stress yang menumpuk
2. Faktor Presipitasi
§ Stressor sosial budaya
Stres dan kecemasan akan meningkat bila terjadi penurunan stabilitas keluarga, perpisahan dengan orang yang paling penting, atau diasingkan dari kelompok.
§ Faktor biokimia
Penelitian tentang pengaruh dopamine, inorefinefrin, lindolomin, zat halusinogen diduga berkaitan dengan orientasi realita
§ Faktor psikologi
Intensitas kecemasan yang ekstrim dan menunjang disertai terbatasnya kemampuan mengatasi masalah memungkinkan berkurangnya orientasi realiata

  1. Jenis-jenis Waham
Menurut Mayer Gross, waham dibagi 2 macam :
a. Waham Primer
Timbul secara tidak logis sama sekali, tanpa penyebab apa-apa dari luar. Misal seseorang merasa istrinya sedang selingkuh sebab ia melihat seekor cicak berjalan dan berhenti dua kali.
b. Waham Sekunder
Biasanya logis kedengarannya, dapat diikuti dan merupakan cara bagi penderita untuk menerangkan gejala-gejala skizofrenia lainnya.

Ada beberapa jenis waham :
§ Waham Kejar
Klien mempunyai keyakinan ada orang atau komplotan yang sedang mengganggunya atau mengatakan bahwa ia sedang ditipu, dimata-matai atau kejelekannya sedang dibicarakan
§ Waham Somatik
Keyakinan tentang (sebagian) tubuhnya yang tidak mungkin benar, umpamanya bahwa ususnya sudah busuk, otaknya sudah cair, ada seekor kuda didalam perutnya.
§ Waham Kebesaran
Klien meyakini bahwa ia mempunyai kekuatan, pendidikan, kepandaian atau kekayaan yang luar biasa, umpamanya ia adalah Ratu Kecantikan, dapat membaca pikiran orang lain, mempunyai puluhan rumah atau mobil.
§ Waham Agama
Keyakinan klien terhadap suatu agama secara berlebihan dan diucapkan secara berulang-ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
§ Waham Dosa
Keyakinan bahwa ia telah berbuat dosa atau kesalahan yang besar, yang tidak dapat diampuni atau bahwa ia bertanggung jawab atas suatu kejadian yang tidak baik, misalnya kecelakaan keluarga, karena pikirannya yang tidak baik
§ Waham Pengaruh
Yakin bahwa pikirannya, emosi atau perbuatannya diawasi atau dipengaruhi oleh orang lain atau suatu kekuatan yang aneh
§ Waham Curiga
Klien mempunyai keyakinan bahwa ada seseorang atau kelompok yang berusah merugikan atau mencederai dirinya yang disampaikan secara berulang-ulang dan tidak sesuai dengan kenyataan
§ Waham Nihilistik
Klien yakin bahwa dirinya sudah tidak ada di dunia atau meninggal yang dinyatakan secara berulang-ulang dan tidak sesuai dengan kenyataan
§ Delusion of reference
Pikiran yang salah bahwa tingkah laku seseorang ada hubunganya dengan dirinya

  1. Karakteristik atau Kriteria Waham
1. Klien percaya bahwa keyakinannya benar
2. Bersifat egosentris
3. Tidak sesuai dengan rasio atau logika
4. Klien hidup menurut wahamnya

  1. Tanda dan Gejala
1. Kognitif :
§ Tidak mampu membedakan nyata dengan tidak nyata
§ Individu sangat percaya pada keyakinannya
§ Sulit berfikir realita
§ Tidak mampu mengambil keputusan
2. Afektif
§ Situasi tidak sesuai dengan kenyataan
§ Afek tumpul
3. Prilaku dan Hubungan Sosial
§ Hipersensitif
§ Hubungan interpersonal dengan orang lain dangkal
§ Depresif
§ Ragu-ragu
§ Mengancam secara verbal
§ Aktifitas tidak tepat
§ Streotif
§ Impulsive
§ Curiga

4. Fisik
§ Higiene kurang
§ Muka pucat
§ Sering menguap
§ BB menurun
§ Nafsu makan berkurang dan sulit tidur

III. Pohon Masalah dan Analisa Data
a. Pohon Masalah
Kerusakan komunikasi verbal


Perubahan isi pikir : waham agama ( Core Problem)


Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah
b. Analisa Data
Data
Masalah
Data Objektif :
§ Klien bicara kacau
§ Binggung
§ Pembicaraan berbelit-belit

Kerusakan komunikasi verbal


Data Subjektif :
§ klien mengatakan hal-hal yang tidak sesuai kenyataan
§ Klien mengatakan berulang kali

Data Objektif :
§ Klien tampak binggung

Perubahan proses pikir : waham

Data Subjektif :
§ Klien merasa malu berinteraksi dengan orang lain
Data Objektif :
§ Ekspresi muka sedih dan murung
Gangguan konsep diri berhubungan dengan harga diri rendah

IV. Masalah Keperawatan
1. Kerusakan komunikasi verbal
2. Perubahan isi pikir: waham kebesaran
3. Gangguan konsep diri

V. Diagnosa Keperawatan
1. Kerusakan Komunikasi verbal b.d waham kebesaran
2. perubahan isi pikir: waham kebesaran b.d HDR

VI. Rencana Tindakan Keperawatan
Kerusakan Komunikasi verbal b.d waham kebesaran
TUM : Klien dapat mengontrol wahamnya sehingga komunikasi verbal dapat berjalan dengan baik
TUK 1 : Klien dapat Membina Hubungan Saling Percaya
Intervensi :
  1. Bina hubungan saling percaya:
§ Salam terapetik, perkenalan diri,
§ Jelaskan tujuan interaksi,
§ Ciptakan lingkungan yang tenang,
§ Buat kontrak yang jelas pada tiap pertemuan (topic, tempat dan waktu)
  1. Jangan membantah dan mendukung klien
§ Kata-kata perawat menerima keyakinan klien “saya menerima keyakinan anda” disertai ekspresi menerima
§ Kata-kata perawat tidak mendukung disertai ”sukar bagi saya untuk mempercayainya” disertai ekspresi ragu tapi empati
§ Tidak membicarakan isi waham klien
3. Yakinkan klien dalam keadaan aman dan terlindung
§ Anda berada di tempat yang aman, kami akan menerima anda
§ Gunakan keterbukaan dan kejujuran
§ Jangan tinggalkan klien sendirian

TUK 2 : Klien dapat mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki
Intervensi :
  1. Beri pujian pada penampilan dan kemampuan klien yang realistik
  2. Diskusikan dengan klien tentang kemampuan yang dimiliki pada waktu lalu dan saat ini yang realistik, hati-hati terlibat dengan waham
  3. Tanyakan apa yang bisa dilakukan (kaitkan dengan aktifitas sehari-hari) kemudian anjurkan untuk melakukannya saat ini
  4. Jika klien selalu bicara tentang wahamnya, dengarkan sampai kebutuhan waham tidak ada.
Perawat perlu memperlihatkan bahwa klien penting

TUK 3 : Klien dapat mengidentifikasi kebutuhan yang tidak terpenuhi
Intervensi
1. Obsrvasi kebutuhan sehari-hari klien
2. Diskusikan kebutuhan klien yang tidak terpenuhi baik secara di rumah dan di RS (rasa takut, ansietas, marah)
3. Hubungkan kebutuhan yang tidak terpenuhi dengan timbulnya waham
4. Tingkat aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan klien dan memerlukan waktu dan tenaga (aktivitas dapat dipilih dan dibuat jadwal bersama dengan klien)
5. Atur situai agar klien tidak mempunyai waktu untuk menggunakan wahamnya
TUK 4 : Klien dapat b.d realitas (realitas: diri, orang lain, tempat, waktu)
Intervensi :
1. Berbicara dengan klien dalam konteks realitas
2. Sertakan klien dalam TAK :TAK Orientasi Realita
3. Berikan pujian pada tiap kegiatan positif yang dilakukan klien

Perubahan isi pikir: waham kebesaran b.d HDR
TUM : Klien dapat meningkatkan harga dirinya sehingga mampu mengendalikan wahamnya
TUK 1 : Klien dapat Membina Hubungan Saling Percaya
Intervensi :
Bina hubungan saling percaya dengan :
1. Salam terapetik, perkenalan diri,
2. Jelaskan tujuan interaksi,
3. Ciptakan lingkungan yang tenang,
4. Buat kontrak yang jelas pada tiap pertemuan (topic, tempat dan waktu)

TUK 2 : Klien dapat mengenal perasaan yang menyebabkan harga diri rendah (HDR)
Intervensi :
1. Kaji pengetahuan klien tentang HDR
2. Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaan tentang penyebab HDR
3. Diskusikan dengan klien tentang HDR serta penyebab dan akibat yang mungkin muncul
4. Beri penguatan positif pada kemampuan klien dalam mengungkapkan pendapatnya tentang HDR
5. Bantu klien mengidentifikasi aspek positif tentang perasaannya

TUK 3 : Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimilikinya
Intervensi :
1. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien
2. Hindarkan pemikiran penilaian negative, utamakan memeberikan pujian realistis

TUK 4 : Klien dapat menerapkan dan merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya
Intervensi :
1. Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai dengan kemampuannya
2. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan kondisi klien
3. Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh dilakukan klien

TUK 5 : Keluarga dapat membantu klien untuk berperilaku adaptif terhadap lingkungan
Intervensi :
1. Diskusikan dengan keluarga tentang bentuk dukungan yang perlu diberikan pada klien dengan HDR
2. Diskusikan dengan keluarga tentang cara merawat dan menghadapi klien dengan HDR

  1. DAFTAR PUSTAKA

    1. Aziz R, dkk. Pedoman asuhan keperawatan jiwa. Semarang: RSJD Dr. Amino Gondoutomo. 2003
    2. Keliat Budi A. Proses keperawatan kesehatan jiwa. Edisi 1. Jakarta: EGC. 1999
    3. Tim Direktorat Keswa. Standart asuhan keperawatan kesehatan jiwa. Edisi 1. Bandung: RSJP.2000
    4. Townsend M.C. Diagnosa keperawatan pada keperawatan psikiatri; pedoman untuk pembuatan rencana keperawatan. Jakarta: EGC. 1998
    5. ŅŅ..Pelatihan asuhan keperawatan pada klien gangguan jiwa. Semarang. 20 ֠22 Novembr 2004. unpublished